Jumat, 01 Mei 2009

cerita Legenda "BATU GANTUNG" parapat

Cerita legenda “BATU GANTUNG”

Batu gantung adalah salah satu objek yang sering di kunjungi orang yang datang ke DANAU TOBA atau kota Parapat,letak nya tepat di pinggiran danau toba.

Menurut cerita yang saya dengar dari oppung doli (kakek) saya,kira kira beginilah cerita dari legenda “Batu Gantung” tersebut.

Pada zaman dahulu kala,di sebuah desa terpencil di pinggiran Danau Toba Sumatera Utara, hiduplah sepasang suami-istri dengan seorang anak perempuannya yang cantik jelita bernama Seruni. Selain rupawan, Seruni juga sangat rajin membantu orang tuanya bekerja di ladang. Setiap hari keluarga kecil itu mengerjakan ladang mereka yang berada di tepi Danau Toba, dan hasilnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Pada suatu hari, Seruni pergi ke ladang seorang diri, karena kedua orang tuanya ada keperluan di desa tetangga. Seruni hanya ditemani oleh seekor anjing kesayangannya bernama si Toki. Sesampainya di ladang, gadis itu tidak bekerja, tetapi ia hanya duduk merenung sambil memandangi indahnya alam Danau Toba. Sepertinya ia sedang menghadapi masalah yang sulit dipecahkannya. Sementara anjingnya, si Toki, ikut duduk di sebelahnya sambil menatap wajah Seruni seakan mengetahui apa yang dipikirkan majikannya itu. Sekali-sekali anjing itu menggonggong untuk mengalihkan perhatian sang majikan, namun sang majikan tetap saja usik dengan lamunannya.

Memang beberapa hari terakhir wajah Seruni selalu tampak murung. Ia sangat sedih, karena akan dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pemuda yang masih saudara sepupunya. Padahal ia telah menjalin asmara dengan seorang pemuda pilihannya dan telah berjanji akan membina rumah tangga yang bahagia. Ia sangat bingung. Di satu sisi ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, dan di sisi lain ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan pemuda pujaan hatinya. Oleh karena merasa tidak sanggup memikul beban berat itu, ia pun mulai putus asa.

“Ya, Tuhan! Hamba sudah tidak sanggup hidup dengan beban ini,” keluh Seruni.

Beberapa saat kemudian, Seruni beranjak dari tempat duduknya. Dengan berderai air mata, ia berjalan perlahan ke arah Danau Toba. Rupanya gadis itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam itu. Sementara si Toki, mengikuti majikannya dari belakang sambil menggonggong.

Dengan pikiran yang terus berkecamuk, Seruni berjalan ke arah tebing Danau Toba tanpa memerhatikan jalan yang dilaluinya. Tanpa diduga, tiba-tiba ia terperosok ke dalam lubang batu yang besar hingga masuk jauh ke dasar lubang. Batu cadas yang hitam itu membuat suasana di dalam lubang itu semakin gelap. Gadis cantik itu sangat ketakutan. Di dasar lubang yang gelap, ia merasakan dinding-dinding batu cadas itu bergerak merapat hendak menghimpitnya.

“Toloooonggg……! Toloooonggg……! Toloong aku, Toki!” terdengar suara Seruni meminta tolong kepada anjing kesayangannya.

Si Toki mengerti jika majikannya membutuhkan pertolongannya, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali hanya menggonggong di mulut lubang. Beberapa kali Seruni berteriak meminta tolong, namun si Toki benar-benar tidak mampu menolongnnya. Akhirnya gadis itu semakin putus asa.

“Ah, lebih baik aku mati saja daripada lama hidup menderita,” pasrah Seruni.

Dinding-dinding batu cadas itu bergerak semakin merapat.

“Parapat (merapatlah)… ! Parapat (merapatlah) batu… Parapat (merapatlah)!” seru Seruni menyuruh batu itu menghimpit tubuhnya..

Sementara si Toki yang mengetahui majikannya terancam bahaya terus menggonggong di mulut lubang. Merasa tidak mampu menolong sang majikan, ia pun segera berlari pulang ke rumah untuk meminta bantuan.

Sesampai di rumah majikannya, si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang kebetulan baru datang dari desa tetangga berjalan menuju rumahnya.

“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki menggonggong sambil mencakar-cakar tanah untuk memberitahukan kepada kedua orang tua itu bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.

“Toki…, mana Seruni? Apa yang terjadi dengannya?” tanya ayah Seruni kepada anjing itu.

“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki terus menggonggong berlari mondar-mandir mengajak mereka ke suatu tempat.

“Pak, sepertinya Seruni dalam keadaan bahaya,” sahut ibu Seruni.

“Ibu benar. Si Toki mengajak kita untuk mengikutinya,” kata ayah Seruni.

“Tapi hari sudah gelap, Pak. Bagaimana kita ke sana?” kata ibu Seruni.

“Ibu siapkan obor! Aku akan mencari bantuan ke tetangga,” seru sang ayah.

Tak lama kemudian, seluruh tetangga telah berkumpul di halaman rumah ayah Seruni sambil membawa obor. Setelah itu mereka mengikuti si Toki ke tempat kejadian. Sesampainya mereka di ladang, si Toki langsung menuju ke arah mulut lubang itu. Kemudian ia menggonggong sambil mengulur-ulurkan mulutnya ke dalam lubang untuk memberitahukan kepada warga bahwa Seruni berada di dasar lubang itu.

Kedua orang tua Seruni segera mendekati mulut lubang. Alangkah terkejutnya ketika mereka melihat ada lubang batu yang cukup besar di pinggir ladang mereka. Di dalam lubang itu terdengar sayup-sayup suara seorang wanita: “Parapat (merapatlah)… ! Parapat (merapatlah) batu… Parapat (merapatlah)!”

“Pak, dengar suara itu! Itukan suara anak kita! seru ibu Seruni panik.

“Benar, bu! Itu suara Seruni!” jawab sang ayah ikut panik.

“Tapi, kenapa dia berteriak: parapat, parapatlah batu?” tanya sang ibu.

“Entahlah, bu! Sepertinya ada yang tidak beres di dalam sana,” jawab sang ayah cemas.

Pak Tani itu berusaha menerangi lubang itu dengan obornya, namun dasar lubang itu sangat dalam sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya obor.

“Seruniii…! Seruniii… !” teriak ayah Seruni.

“Seruni…anakku! Ini ibu dan ayahmu datang untuk menolongmu!” sang ibu ikut berteriak.

Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu itu merapat untuk menghimpitnya.

“Parapat (merapatlah)… ! Parapatlah (merapatlah) batu… ! Parapatlah (merapatlah)!”

“Seruniiii… anakku!” sekali lagi ibu Seruni berteriak sambil menangis histeris.

Warga yang hadir di tempat itu berusaha untuk membantu. Salah seorang warga mengulurkan seutas tampar (tali) sampai ke dasar lubang, namun tampar itu tidak tersentuh sama sekali. Ayah Seruni semakin khawatir dengan keadaan anaknya. Ia pun memutuskan untuk menyusul putrinya terjun ke dalam lubang batu.

“Bu, pegang obor ini!” perintah sang ayah.

“Ayah mau ke mana?” tanya sang ibu.

“Aku mau menyusul Seruni ke dalam lubang,” jawabnya tegas.

“Jangan ayah, sangat berbahaya!” cegah sang ibu.

“Benar pak, lubang itu sangat dalam dan gelap,” sahut salah seorang warga.

Akhirnya ayah Seruni mengurungkan niatnya. Sesaat kemudian, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Bumi bergoyang dengan dahsyatnya seakan hendak kiamat. Lubang batu itu tiba-tiba menutup sendiri. Tebing-tebing di pinggir Danau Toba pun berguguran. Ayah dan ibu Seruni beserta seluruh warga berlari ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri. Mereka meninggalkan mulut lubang batu, sehingga Seruni yang malang itu tidak dapat diselamatkan dari himpitan batu cadas.

Beberapa saat setelah gempa itu berhenti, tiba-tiba muncul sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis dan seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Masyarakat setempat mempercayai bahwa batu itu merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit batucadas di dalam lubang. Oleh mereka batu itu kemudian diberi nama “Batu Gantung”.

Beberapa hari kemudian, tersiarlah berita tentang peristiwa yang menimpa gadis itu. Para warga berbondong-bondong ke tempat kejadian untuk melihat “Batu Gantung” itu. Warga yang menyaksikan peristiwa itu menceritakan kepada warga lainnya bahwa sebelum lubang itu tertutup, terdengar suara: “Parapat (merapatlah)… parapat (merapatlah) batu… parapatlah (merapatlah)!”

Oleh karena kata “parapat” sering diucapkan orang dan banyak yang menceritakannya, maka Pekan yang berada di tepi Danau Toba itu kemudian diberi nama “Parapat”. Parapat kini menjadi sebuah kota kecil salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

* * *

Demikian cerita tentang asal-usul nama kota Parapat. Cerita di atas termasuk cerita rakyat teladan yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah “akibat buruk dari sifat putus asa atau lemah semangat”. Sifat ini tercermin pada sikap dan perilaku Seruni yang hendak mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam, namun ia justru terperosok ke dalam lubang batu dan menghimpitnya hingga akhirnya meninggal dunia.

* * *

menarik juga ya ceritanya…

kata oppung (kakek) saya cerita “batu gantung” ini sering juga dulunya di pentaskan di “OPERA” (pementasan drama) pada jaman dulu…

* * *

istilah : Parapat (bhs Batak) = Merapatlah (bhs Indonesia)

Ditulis kembali oleh: rama_simbolon



Rabu, 29 April 2009

Legenda asal mula "DANAU TOBA"

LEGENDA DANAU TOBA

Pada jaman dahulu, hiduplah seorang pemuda tani yatim piatu di bagian utara pulau Sumatra. Daerah tersebut sangatlah kering. Pemuda itu hidup dari bertani dan mendurung ikan, hingga pada suatu hari ia mendurung,sudah setengah hari ia melakukan pekerjaan itu namun tak satu pun ikan di dapatnya.


Maka dia pun bergegas pulang karena hari pun mulai larut malam, namun ketika ia hendak pulang ia melihat seekor Ikan yang besar dan indah , warnanya kuning emas. Ia pun menangkap ikan itu dan dengan segera ia membawa pulang ikan tersebut, sesampainya di rumah karena sangat lapar maka ia hendak memasak Ikan itu tetapi karena indahnya ikan itu.


Dia pun mengurungkan niatnya untuk memasak ikan itu, ia lebih memilih untuk memeliharanya, lalu ia menaruhnya di sebuah wadah yang besar dan memberi makannya, keesokan harinya seperti biasanya ia pergi bertani ke ladangnya, dan hingga tengah hari Ia pun pulang kerumah, dengan tujuan hendak makan siang, tetapi alangkah terkejutnya dirinya, ketika melihat rumahnya, didalam rumah nya telah tersedia masakan yang siap untuk di makan, ia terheran heran, ia pun teringat pada ikannya karena takut di curi orang, dengan bergegas ia lari ke belakang, melihat ikan yang di pancingnya semalam.

Ternyata ikan tersebut masih berada di tempatnya, lama ia berpikir siapa yang melakukan semua itu, tetapi karena perutnya sudah lapar , akhirnya ia pun menyantap dengan lahapnya masakan tersebut.


Dan kejadian ini pun terus berulang ulang, setiap ia pulang makan, masakan tersebut telah terhidang di rumahnya. Hingga pemuda tersebut mempunyai siasat untuk mengintip siapa yang melakukan semua itu, keesokan harinya dia pun mulai menjalankan siasatnya, Ia pun mulai bersembunyi diantara pepohonan dekat rumahnya. Lama ia menunggu, namun asap di dapur rumahnya belum juga terlihat, dan ia pun berniat untuk pulang karena telah bosan lama menunggu, namun begitu Ia akan keluar dari persembunyiannya, Ia mulai melihat asap di dapur rumahnya, dengan perlahan lahan ia berjalan menuju kebelakang rumah nya untuk melihat siapa yang melakukan semua itu.


Alangkah terkejutnya dirinya ketika ia melihat siapa yang melakukan semua itu, Dia melihat seorang Wanita yang sangat cantik dan ayu berambut panjang , dengan perlahan lahan Ia memasuki rumahnya, dan menangkap wanita tersebut. Lalu Ia berkata,

“hai .. wanita, siap kah engkau, dan dari mana asalmu?”


Wanita itu tertunduk diam, dan mulai meneteskan air mata, lalu pemuda itu pun melihat ikannya tak lagi berada di dalam wadah. Ia pun bertanya pada wanita itu,


“hai wanita kemanakah ikan yang di dalam wadah ini?”

Wanita itu pun semakin menangis tersedu sedu, namun pemuda tsb terus memaksa dan akhirnya wanita itu pun berkata

“Aku adalah ikan yang kau tangkap kemarin” .

Pemuda itu pun terkejut, namun karena pemuda itu merasa telah menyakiti hati wanita itu , maka pemuda tsb berkata,


“Hai wanita maukah engkau menjadi Istri ku..??”,


Wanita tsb terkejut , dia hanya diam & tertunduk ,lalu pemuda tsb berkata

“Mengapakah engkau diam ..!!” .


Lalu wanita tsb pun berkata , “ aku mau menjadi istri mu .. tetapi dengan satu syarat, apakah syarat itu balas pemuda itu dengan cepat bertanya, wanita itu berkata,

“Kelak jika anak kita lahir dan tumbuh, janganlah pernah engkau katakan bahwa dirinya adalah anakni Dekke(anaknya ikan)”.


Pemuda itu pun menyetujui persyaratan tsb dan bersumpah tidak akan mengatakannya, Dan menikahlah mereka.


Hingga mereka mempunyai anak yang berusia 6 tahunan , anak itu sangatlah bandal (jugul) dan tak pernah mendengar jika di nasehati, Lalu suatu hari sang ibu menyuruh anaknya untuk mengantar nasi ke ladang ketempat ayahnya, anak itu pun pergi mengantar nasi kepada ayahnya, namun di tengah perjalanan ia terasa lapar, Ia pun membuka makanan yang di bungkus untuk ayahnya, dan memakan makanan itu.

Setelah selesai memakannya, kemudian ia pun membungkusnya kembali dan melanjutkan perjalanannya ketempat sang ayah, sesampainya di tempat sang ayah Ia memberikan bungkusan tersebut kepada sangayah, dengan sangat senang ayahnya menerimanya, lalu ayahnya pun duduk dan segera membuka bungkusan nasi yang di titipkan istrinya kepada anaknya, alangkah terkejutnya ayahnya melihat isi bungkusan tersebut. Yang ada hanya tinggal tulang ikan saja,sang ayah pun bertanya kepada anaknya

“hai anakku., mengapa isi bungkusan ini hanya tulang ikan belaka”, anaknya nya pun menjawab, “ di perjalanan tadi perutku terasa lapar jadi aku memakannya”, sang ayah pun emosi, dengan kuat ia menampar pipi anaknya sambil berkata


“Botul maho anakni dekke (betul lah engkau anaknya ikan),”


Sang anak pun menangis dan berlari pulang kerumah.,sesampainya dirumah anaknya pun menanyakan apa yang di katakan ayahnya


“mak .. olo do na di dokkon amangi, botul do au anakni dekke (mak .benarnya yang dikatakan ayah itu , benarnya aku ini anaknya ikan)” mendengar perkataan anaknya ibunya pun terkejut, sambil meneteskan air mata dan berkata di dalam hati.

“Suami ku telah melanggar sumpahnya,dan sekarang aku harus kembali ke alamku,”
Maka , langit pun mulai gelap , petir pun menyambar nyambar, Hujan badai pun mulai turun dengan derasnya, sang anak dan ibu raib, dari bekas telapak kaki mereka muncul mata air yang mengeluarkan air sederas derasnya, hingga daerah tersebut terbentuk sebuah Danau, yang Diberi nama Danau TUBA yang berarti danau tak tahu belas kasih ,tetapi karena orang batak susah mengatakan TUBA, maka danau tersebut terbiasa disebut dengan DANAU TOBA


di ceritakan kembali oleh : rama_simbolon

Senin, 20 April 2009

tugu SIMBOLON TUAN juara Bulan



inilah tugu SIMBOLON TUAN juara Bulan yang terletak di BONA PASOGIT qyu...
pangururan..


Kamis, 05 Maret 2009

Tradisi menderes nira ( Maragat )


beginiLah pencaharian sebagian besar kepala rumah tangga di desa kami.

selain bertani ( marhauma),ada juga pekerjaan Menderes nira atau bahasa bataknya di sebut Maragat.

termasuk ayah qyu tercinta yang dengan gigih nya melakukan semua pekerjaan ini demi memperjuangkan anak - anak nya....

Selasa, 03 Maret 2009

Eme ni Simbolon ( Padi Nya Simbolon )


eme ni SIMBOLON (siap di paneEn )





Inilah suasana saat membersihkan padi ( Mamurpur ) yang masih tradisional ala desa kami.

Kamis, 29 Januari 2009

silsilah marga SIMBOLON TUAN



Nai Ambaton mempunyai empat orang putra, yaitu:
1. Simbolon Tua, keturunannya bermarga Simbolon.
2. Tamba Ttua, keturunannya bermarga Tamba.
3. Saragi Tua, keturunannya bermarga Saragi.
4. Munte Tua, keturunannya bermarga Munte (Munte, Nai Munte, atau Dalimunte).

Dari keempat marga pokok tersebut, lahir marga-marga cabang sebagai berikut :
SIMBOLON
Lahir marga-marga Tinambunan, Tumanggor, Maharaja, Turutan, Nahampun, Pinayungan. Juga marga-marga Berampu dan Pasi.
TAMBA
Lahir marga-marga Siallagan, Tomok, Sidabutar, Sijabat, Gusar, Siadari, Sidabolak, Rumahorbo, Napitu.
SARAGI
Lahir marga-marga Simalango, Saing, Simarmata, Nadeak, Sidabungke.
MUNTE
Lahir marga-marga Sitanggang, Manihuruk, Sidauruk, Turnip, Sitio, Sigalingging.
Keterangan lain mengatakan bahwa Nai Ambaton mempunyai dua orang putra, yaitu Simbolon Tua dan Sigalingging. Simbolon Tua mempunyai lima orang putra, yaitu Simbolon, Tamba, Saragi, Munte, dan Nahampun.
Walaupun keturunan Nai Ambaton sudah terdiri dari berpuluih-puluh marga dan sampai sekarang sudah lebih dari 20 sundut (generasi), mereka masih mempertahankan Ruhut Bongbong, yaitu peraturan yang melarang perkawinan antarsesama marga keturunan Nai Ambaton.

Sabtu, 24 Januari 2009

Legenda SIMBOLON TUAN

Ia Simbolon Tuan margoar do huhut Tuan Nahodaraja, digoar do pinomparna SIMBOLON TUAN NAHODARAJA. Maringanan do Ompui di Pangururan (P.Samosir) di bona ni dolok Pusuk Buhit, dipinggir ni Tao Toba nauli i.

Di nasahali laho ma TUAN NAHODARAJA tu Dolok Pusukbuhit mangultop Anduhur Bombom, jadi hona ma diultop, alai ndang mate. Jadi sai mangambur-ambur ma Anduhur i dipaihut-ihut ro di punsu ni Dolok Pusuk buhit i, laos so jumpangsa do. Alai ro ma sahalak boru natuatua, na maringanan di Tombak i mandok tu ibana : Halak dia do ho ale amang! Iale inang, halak pangultop do ahu. Na paihutihut Anduhur Bombom, hurimpu dapot, hape sai laho do mangambur. Jadi nunga bot ari, ndang huboto be dalan mulak tu hutanami!.

Molo songon i amang, tu bagashu ma hamu sorang, Marsogot pe hamu mangultop ai tung na laplap do dison Anduhur bombom. Denggan mai inang, mauliate ma dihamu ninna Tuan Nahodaraja. Marsogotna i, mangultop ma ibana tu punsu ni Dolok Pusuk Buhit di topi ni lintong simajoajo. Hape tompu ma ro pitu anak boru, boru ni Bataraguru angka na marhabongkabongkon baju-bajuna be, laho martajung tu lintong simajoajo i. Jadi tarsonggot ma Tuan Nahodaraja marnida hasangaponnasida dohot hinaulina. Alai sai sumurung do hinauli nisada sian anakboru i namargoar si LEANGNAGURATTA diida, gabe naeng ma buatonna i bahen niolina.

Jadi angkal ma dibahen mambuat, ditanom ma olat ni rungkungna tu toru, unang haidaan ibana. Di namarhatobung i nasida namaridi i, marende ma nasida, huhut mandok : Hutuktuk ma pangirhu dompak mataniari, ro ma anak ni namboru, asa hulehon mardaonbari! huhut mengkelengkel be. Hape nunga diluahon Tuan Nahodaraja baju Habonghabong ni si Leangnaguratta. Ia dung ro be tu duru angka na martanjung i, masi pabongot habongna be ma, hape ndang disi be habong ni si Leangnaguratta, jadi pintor tangis ma ibana.

Dung i dipaihut ihut ma bogas nipat, jadi diida ma Tuan Nahodaraja mangaluahon bajubajuna i. Dung didok ma : E, amang pardalan paima ahu disi, paulak bajubajungki nunga laho donganku! Ida ma, soadong parabitonku!" Jadi manaili ma Tuan Nahodaraja dompak pudi, hape gabe tungko-tungko ma ibana. Tes ninna Leangnaguratta, manigor dibuat ma bajubajuna i, habang ma ibana tu banua ginjang.

Dung leleng Tuan Nahodaraja ndang mulak, laho ma boruboru soranganna i margoar NAN SANDUOR maningkir tu balian huta, diida ma tutu Tuan Nahodaraja i nunga gabe tungko- tungko, gabe mangandung ma Nan Sanduor songon on: Beha ma parpusukmu rantiti, beha ma pardangkam singgolom! beha ma partubungku sumangot, silaon na bolon! Ai nunga sada imbulu tubu, dua imbulu nangkok, tung manang ise pe nampuna tubu, nunga ahu nampuna ianakkon!"

Dung i laho ma Nan Sanduor mamboan pagar, dilipathon ma lili tunggal pitu hali tu tungkotungko i gabe mulak jolma ma Tuan Nahodaraja jadi rap muli ma nasida tu Huta. Tangis ma Tuan Nahodaraja mangalualuhon huhut mandok: Bulung ni antarasa solot tu bulung bira, naung jolma ahu, gabe tungkotungko tarida, aut sipanganon nian botoon daina. Dungi ninna Nan Sanduor ma : "Ba unang ho sai tangis, ai pitu borngin nari, ro do angka boru ni Dewata i martanjung tu lintong i. Dung i onggop ma bajubajuna i, alai molo dijou nasida ho, unang manaili ho tu pudi. Pandabuhon ma dorma sipanogu-nogu on asa diihuthon ho ro di huta on!"

Dung jumpang papitu bornginhon, ro ma boru ni Dewata marembasembas, maridi tu lintong na di punsu ni dolok Pusuk buhit i, huhut marende songon on: Panginsir ni sigumang pangalegot ni porapora, hapiling ni sidedeng boru ni namora, inanta boru tuan laen bolon, na pande marroha, nirohaanna i gabe jala mamora, jolma manisia i jut rohana huroha!.

Dung i monjap ma Tuan Nahodaraja mamereng partanjungon nasida i, jadi diida ma i songon sansan, songon sindor, songon hotang sambola talitalina, rait sugana ndang anina. Dua sarambar boni sinondang ni bohina, songon pusuk ni joring labe ni hulingkulingna. Dung i diluahon ma bajubajuna i.

Alai pintor didok si Leangnaguratta ma tu donganna na marbajui: Ah, songon na marlobuk taroktokhu, dohot sampak mudarhu, aha ma namasa tu ahu ulaning ? ninna. Dung i laho be ma nasida tu duru, hape ndang disi be bajubaju ni si Leangnaguratta. Jadi pintor habang be ma donganna i tu banua ginjang, tinggal ma Leangnaguratta huhut mangandung, mangihuthon bogas ni halak Tuan Nahodaraja, jala manjoujou. Alai ndang manaili be Tuan Nahodaraja dompak pudi ai nunga jora ibana sai ditulus ma dalannna ro di huta.

Dung ro di huta Tuan Nahodaraja pintor diguluhon ma tu dagingna birong-birong jala marbulusan ma ibana modom-modom huhut marlongos longos hosana dipaula. Ndang piga dan nari, ro ma tu huta si Leangnaguratta disungkun ma boru Nan Sanduor : Ale Inang, dompak dia do baoa na mangaluahon bajungku nangkin diida hamu ?. Ndang adong dongan sahutangku dison ale eda, ai so holan anak sada baipe marsahit do nuaeng di jabu. Alai talului pe annon sai nadapot doi molo di huta on. Hundul majolo edangku marnapuran ma hita.

Ah ale inang ndang ro di napuran ahu nunga laho sude donganku tu dia nama ahu ?. Molo songon i diori edangku ma tu jabu. Dung i dibereng ma baoa na modommodom i huhut morong-orong dibege, jala marbirong rupana, marpalit dohot parsontinganna, jadi mulak ma ibana tu toru huhut mandok : Ndang disi, tu dia nama ahu ale Inang?

Ba dison hita ai so manang adong baoa di huta on rap ma hita paima dapot bajubaju mi! Tongon tahe, ninna roha ni Leangnaguratta. Jadi disuru Nan Sanduor ma ibana mangombus api asa mangaloppa. Hape dina mangombus api i ibana, nunga songon poso-poso Tuan Nahodaraja diida. dung i diombus ma api i hape diombus Tuan Nahodaraja ma sian bariba ni tataring, gabe sap sirabun ma sitabolan ni si Leangnaguratta, laos mangalualu ma ibana tu Nan Sanduor ninna ma : Najungkat do anak mi Inang!" Olo tutu, jungkat doi sipata molo naeng manghatai, nanaeng manghatai do i huroha dohot ho!. Jadi rap mangalompa ma nasida na dua nalaho panganon ni nasida, Jadi dipapodompodom Tuan Nahodaraja ma dirina huhut mamerengmereng hinauli ni si Leangnaguratta.

Dung pitu ari si Leangnaguratta disi didok Nan Sanduor ma: Ua tung anakki ma pagodanggodang dainang! Ah, tagonan ma ahu nongnong tu laut an, anggo tung tusi do dohononmu ninnna. Dung sabulan didok Leangnaguratta ma tu Nan Sanduor: Ale inang ise do baoa na modommodom di jabu i? Ai dakdanak do nian namburaon, alai nuaeng nunga magodang!. Olo inang, ninna Nan Sanduor najungkat do anakki, tongkin balga, tongkin nari metmet. Bo! Boi do hape ibana songon i? Alai nunga tung lomo roha ni Leangnaguratta mamereng Tuan Nahodaraja, Jadi saut ma ibana gabe dongan saripena.

Dung dilaonlaon ni ari, tubu ma sada anakna dohot sada boruna namuli tu marga MALAU. Dung i margondang ma nasida, mangkalashon anakkon nai, jadi longang ma halak marnida hamaloon ni Leangnaguratta manortor.

Dung i didok marga Sitanggang, Nadeak dohot Sigalingging ma: Ua tung dipangke inanta ma jolo bajubajuna i manortor asa tung tarida hamaloonna dohot hamulionna. Dung i diapoi Tuan Nahodaraja ma niolina i mamangke, alai sai manjua do. Alai sai diapoi Tuan Nahodaraja do gabe diumma Leangnaguratta ma Tuan Nahodaraja dohot anakkonna na dua i huhut mandok : Sai hujua do mamangke bajui ba sai didatdati hamu mangapoi ahu, Ba ia hutadingkon hamuna unang ma hansit rohamuna.

Olo da ninna Tuan Nahodaraja huhut didok rohana dibagasan : Sian dia dalanna laho, nunga tinutup dohot amahamak tarup, tinutup do dohot pintu dohot sude lubang-lubang.

Dung i dipabongot Leangnaguratta ma antong bajuna i jadi manortor ma ibana. Ia tusi meleng Leangnaguratta tusi ma meleng pamereng ni angka painondur i saluhutna. Hape patolu gondangkon pintor habang ma Leangnaguratta ditolpushon ma tarup i marimong. Jadi ngangang ma mata ni Tuan Nahodaraja manuluthon niolina i dompak ginjang songon na hotostosan hail huhut mangandungi. Dung ro di langit Leangnaguratta didok amana Bataraguru ma : Sian dia do ho ale Leangnaguratta, nunga pola songoni leleng? dialusi si Leangnaguratta ma :Sian paradangadangan do ahu amang!.

Ah, nunga muap jolma manisia ho, ndang boi be masuk tu banua ginjang on. Ipe tu BULAN an ma ingannanmu asa sian i paidaida onmu anakmi dohot borumi, ninna Bataraguru. Jadi saut ma Leangnaguratta tu bulan i maringanan, ido alana umbahen na tumatangis pinompar ni Malau molo dibondut Angkalau bulan i, songon naung binaritahon di jolo, ala naung di bulan i ompunasida.

 
                    Baliga ma nibaligahon jala barita ma nibaritahon
                    Songoni ma Legenda ni Ompungta Tuan Nahodaraja
                    ni baritahon tu hita saluhutna.
 
 

Di Catat kembali oleh : Ramadhan Simbolon

Rabu, 14 Januari 2009

oraNG Tua QYu..


green ricefield



in My Workshop



ricefield




mY Lovely Father (SIMBOLON TUAN)

MY loveLy Family in Ricefield..

beginiLah suasana ladaNG (Hauma) kedua orang Tua Qyu,
ke INdahan dari semua & keluarga Inilah yang tiDak Pernah aku dapat kan darI manapUn selain di kampung dan KeluaArga SIMBOLON kami..

waLauPun keluarga Qyu hiDup sederhana,
dan ke 2 oraNg tua Qyu cM se orang Petani,teTapi aQyu seLaLu berTekad untUk membahagGiakn ke dua ORang Tua qYu...

KesederhanaaN yanG ada paD4 keLuarga Qyu seLLu aQyu jadiiN Motivasi Bwt meraih apa yang Aqyu Cita-CitakN..
mudah2an aPa yan6 aQyu & Keluarga qYu cita2 kn aKan TerkabUL,
kebahaGiaan Dunia MaupUn Akhirat..
Amin y Robbal Alamin..



Senin, 12 Januari 2009

beginilaH kegiatan sehar-Hari Qyu...

beginilaH aktivitaZ harian Qyu,
yang tak pernah Lepas dari Komputer,
Listrik,
elekTronika,
Pulsa,
dan peralatan qyu yang laEn...



nE lagi sibuk di SETIA JAYA PONSEL.
ponsEL sederhana milik Qyu...

lagi NginstaLL PC nE di POnsEL Qyu...

4. => this is in my Office..
KP II Multicom,
Jln HOS Cokroaminoto No 151.
pematang siantaR.

LAB PC station I

5. => Lagi PW nE di Station SERVER internet WORKstation,

Jln HOS Cokroaminoto No 151.










































kampunG Qyu...




keIndahan danaU Toba, pAngururaN yang mErupakan kMpung Halaman qyu sunggUh merupakan 1 anuGrah Tuhan Yang Didambakan Semua warga SamosiR...

inilah SedikiT foto ttnga Kampung halaman qyU (BONA PASOGIT)..

Puisi bWt Mama' qyU teRcinta

IBU

Ibu
Maafku atas tangis ini
Maafku atas rasa bodoh ini
Maafku atas segala laraku untukmu
Maaf….

Ibu
Mengapa tak sadar diri ini
kalau DIA selalu menyayangiku
Lebih dari siapapun
Apapun

Aku tak sadar
Ketika DIA selalu mencobaku
Selalu tak terima aku
Ketika DIA sedikit memberiku masalah
Selalu tak rela aku

Baru kini kusadari
Bahwa dibalik semua cobaannya…
Pasti ada sebuah mimpi dan harapan
Mimpi untuk menggapai asa NYA

Ibu
Terimakasih atas segala peluhmu
Yang selalu menjagaku
Walau kita saling jauh

I will always love you
Now and forever

cEkeLUMit ttG KEluarga BesaR SIMBOLON Qyu

Simbolon tuan (UDa Robin) = KEPRi


KIfli...(Adik qyu Paling keCiL)


Elin & WiwiD.. (ADIK qYu cewe' )


Elin & Wulan (adik Qyu,kepona'an)


K Santy & B Edo (kK' Qyu) = ACEH

cEkeLUMit ttG KEluarga BesaR SIMBOLON Qyu

b Rudy & K Ruly

I and Grandfa

i and mom..


Father


Grandfa.. (SIMBOLON TUAN)

PARSONDUK BOLON QU na buRju...



inilah kedua orang tUa Qyu, yG telah membEsarkan aqyu hingga sepErti skrng nE...
g d keInginan qyu selain Untuk meBahagiakan kedua oRg tua qyu, dan juGa org2 yG sayang pada Qyu...

itu dia bOkap qyU:SIMBOLON TUAN,
nYokap Qyu bR: Damanik...

Kamis, 08 Januari 2009

ceKELUMIT ttng MARGA qyu...

Pomparan ni si Raja Naiambaton biasa disingkat menjadi PARNA, yaitu marga-marga yang dipercayai sebagai keturunan dari Raja Naiambaton yang karenanya tidak boleh menikah satu dengan yang lainnya. Hal ini dipertegas dalam tulisan-tulisan pustaha Batak yang berbunyi “Pomparan ni si Raja Naiambaton sisada anak sisada boru” dalam bahasa Batak Toba, yang dapat diartikan dengan ”Keturunan Raja Naiambaton adalah sama-sama pemilik putra dan putri,” yang dalam arti lebih luas lagi dapat diartikan bahwa ”Putra-putri keturunan marga-marga Naiambaton tidak boleh menikah satu sama lain.”

Raja Naiambaton

Satu tulisan menyatakan bahwa Raja Naiambaton merupakan keturunan keenam dari Raja Batak, seperti berikut: Raja Batak memperanakkan Guru Tateabulan, memperanakkan Raja Isumbaon, memperanakkan Tuan Sorimangaraja, memperanakkan Raja Asiasi, memperanakkan Sangkaisomalindang, dan memperanakkan Raja Naiambaton
Marga-marga Parna
Terdapat perbedaan pada jumlah marga yang masuk dalam kelompok Parna ini, hal ini disebabkan karena kebudayaan Batak yang dapat menggunakan marga leluhur, percabangan marga kakek, ayah, atau bahkan percabangan marga baru. Tetapi walau berbeda marga, semuanya mengaku dipersatukan oleh ucapan di atas (”Pomparan ni si Raja Naiambaton sisada anak sisada boru”).
Adapun marga-marga yang termasuk dalam Pomparan Ni Raja Nai Ambaton ( PARNA ) yaitu:

DAFTAR MARGA PARNA
January 8 2008

Keturunan Pomparan Raja naimbaton(PARNA):
Simbolon altong
Simbolon hapotan
Simbolon pande
Simbolon panihai
Simbolon suhut nihuta
Simbolon tuan
Sitanggang bau
Sitanggang lipan
Sitanggang gusar
Sitanggang upar
Sitanggang silo
Saraan(sigalingging)
Saragih dajawak
Saragih damunte
Saragih sumbayak
Siadari
Siallagan
Siambaton
Sidabalok
Sidabungke
Sidabutar
Sigalingging
Sidauruk
Sijabat
Simalango
Simanihuruk
Simarmata
Sitio
Tamba
Tinambunan
Tumanggor
Turnip
Turuten
Bancin
Banurea
Boang menalu
Brampu
Brasa
Bringin
Dalimunte
Gajah
Garingging
Ginting baho
Ginting beras
Ginting capa
Ginting guru putih
Ginting jadibata
Ginting jawak
Ginting manik
Ginting munthe
Ginting pase
Ginting sinisuka
Ginting sugihen
Ginting tumangger
Haro
Kombih
Maharaja
Manik kecupak
Munthe
Nadeak
Nahampun
Napitu
Pasi
Pinayungan
Rumahorbo
Saing

ceKELUMIT ttng diri qYu...


SIMBOLON,,
itulah margaku,
berasal dari sebuah desa kecil yang terletak di PULAU SAMOSIR,
pangururan nama desaku....